Asunn Salim, yang akrab disapa Koh Asunn, pendiri Smart
Trader Community (STC) sekaligus founder tools saham BBK membagikan kisah
perjalanan BBK yang penuh suka duka.
8 tahun yang lalu, tepatnya tahun 2011. Asunn mencoba trading dengan menggunakan paper trade. Di sela-sela kesibukannya bekerja menjadi pimpinan perusahaan di beberapa perusahaan miliknya, ia belajar paper trade dengan seorang teman.
8 tahun yang lalu, tepatnya tahun 2011. Asunn mencoba trading dengan menggunakan paper trade. Di sela-sela kesibukannya bekerja menjadi pimpinan perusahaan di beberapa perusahaan miliknya, ia belajar paper trade dengan seorang teman.
“Awalnya saya memulai trading dengan paper trade. Mindset saya waktu itu adalah ingin cepat kaya dari saham. Tapi karena
saya entrepreneur, jadi saya teliti dulu seperti apa itu trading saham. Saya
riset dulu baru setelah itu baru berani
untuk paper trade,” ungkap Asunn.
Asunn mulai mempelajari seluk beluk saham. Di pertengahan tahun 2012, ipar Asunn bilang sesuatu yang akan menjadi awal perjalanannya
di saham.
“Kalau tidak melibatkan uang asli, skillmu di saham tidak akan maju,” katanya. Kata-kata ini terus terngiang dan ia pun membulatkan tekad untuk terjun di saham. Setelah banyak mempertimbangkan akhirnya Asunn mengawali trading dengan dana 50 juta walaupun saat itu sebenarnya ia memiliki dana 1 Miliar.
“Kalau tidak melibatkan uang asli, skillmu di saham tidak akan maju,” katanya. Kata-kata ini terus terngiang dan ia pun membulatkan tekad untuk terjun di saham. Setelah banyak mempertimbangkan akhirnya Asunn mengawali trading dengan dana 50 juta walaupun saat itu sebenarnya ia memiliki dana 1 Miliar.
“Karena masih belajar jadi saya coba dengan uang kecil dulu,
50 juta. Trading dengan menggunakan uang rasaya benar-benar berbeda. Ada
perasaan yang sangat mengganggu setiap hari. Kalau tidak belajar serius, pasti
uang akan habis”
Asunn merasa psikologinya langsung berubah. Rasanya seperti
dikejar waktu. Ia merasa kalau knowledge
tidak meningkat, modal akan habis. Ditambah lagi, sang mertua menitipkan modal
kepadanya sebesar 75 juta rupiah. Lalu ia tambahkan lagi modalnya 25 juta
rupiah.
“Rasanya saya seperti kesetanan untuk mengelola aset saya
yang totalnya 150 juta rupiah saat itu. Saya
membeli semua buku saham karena mendapat tanggung jawab untuk mengelola aset
mertua.
Semakin mengakrabi buku-buku saham itu Ia sadar bahwa kaya butuh proses dan waktu.
“Semakin saya baca buku-buku ini, saya mulai mendapatkan mindset-mindset yang positif. Saya tidak lagi berpikir tentang cepat kaya dari saham. Semuanya butuh proses, kesuksessan tidak datang dalam semalam,” jelas Asunn.
Semua buku-buku memberinya energi baru untuk menseriusi
dunia saham. Menurutnya kalau dunia saham dipelajari dengan benar akan dapat
mengalahkan inflasi dan mengembangkan aset kita. Bedanya dengan dengan bisnis konvensional, untuk mengembangkan
bisnis perlu sumber daya dan energi yang besar. Sedangkan di dunia saham, energi
yang kita berikan itu sama berapapun modal yang kita masukkan.
Belajar saham dari buku-buku ini terus ia tekuni hingga ia merasa menjadi
guru untuk dirinya sendiri. Ia sangat menikmati belajar segala hal tentang
teknikal analisis, pattern dalam chart, dan sebagainya secara otodidak. Rasa
haus ilmu ini ternyata belum terpuaskan juga. Akhirnya ia menemukan cara lain
untuk mempelajari saham yaitu dengan menggunaan salah satu software untuk
menganalisa saham yaitu amibroker. Perkenalannya dengan software ini dari
seorang teman yang memiliki style investor saham. Sang teman menggunakan
amibroker untuk berinvestasi di saham yang boleh di bilang dengan timeframe jangka
panjang.
“Saat itu saya lihat, wah software amibroker ini keren, ada sinyal buy sell nya.. plus bisa dipakai untuk jangka panjang. Saat itu saya mulai belajar amibroker.”
Pertemanan dengan seseorang ini akhirnya memberikan Asunn kesempatan untuk belajar cara membaca chart, menganalisa pattern saham, dll menggunakan amibroker.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment